Assalamu’alaikum sobat pembaca,
Bagaimana kabarnya hari ini? Semoga tetap dalam keadaan sehat ya.
Disaat seperti sekarang ini, dimana wabah virus yang menjangkiti dunia,
termasuk di negara kita, kita dituntut untuk hanya beraktifitas di rumah saja.
Kita lantas mengenal istilah, belajar dari rumah, bekerja dari rumah,
beribadah dari rumah, dan serba-serbi lainnya yang dilakukan di rumah. Tetapi semua
itu tidak lantas membuat kita menjadi tidak produktif. Kita tetap harus
bekerja, kita tetap harus belajar, dan tentu saja kita tetap harus beribadah.
Lebih jauh mengenai wabah ini, saya ingin Kembali menyinggung sedikit
masalah yang saya tuliskan di judul dari tulisan ini, budaya menyalahkan
juga terjadi di kasus pandemik korona.
Budaya menyalahkan seperti apa yang saya maksud? Perhatikan pernyataan
berikut:
“Stop
penggunaan kata covid-19 (corona virus disease) 19, karena dalam bahasa arab, corona
berarti meneruskan. Mulai sekarang pakailah kata qif-19, karena dalam bahasa
arab qif artinya adalah berhenti. Yang tidak mau menggunakan kata qif,
berarti mereka tidak mau wabah ini berhenti”
Sampai di sini apakah sobat pembaca mengetahui, dimana letak
menyalahkan yang saya sebutkan tadi?
Pernyataan itu saya ambil dari sebuah status media sosial dari teman saya
sendiri. Ada seperti ketidaksetujuan dari saya Ketika membaca pernyataan
tersebut. Saya seperti ingin membantah dari pernyataan tersebut. Tapi apa daya,
tidak mampu. Hehehe
Kita lanjutkan, ini adalah pandangan dari saya sendiri, bilamana
akhirnya nanti sobat pembaca lebih setuju dengan pernyataan diatas, juga tidak
ada masalah. Tapi saya sangat meyaqini bahwa kita semua sepakat semoga wabah
ini segera berakhir.
Ayo gek ndang dibahas!!!
Oke oke. Kita mulai.
Kita harus paham dulu asal-muasal penamaan covid-19 ini. Pada awalnya,
wabah yang bermula di salah satu kota di china, yaitu wuhan akhir tahun 2019
yang lalu, diberi nama “novel coronavirus pneumonia (NCP)”. Kemudian,
WHO, atau organisasi Kesehatan dunia menamainya sebagai “severe acute
respiratory syndrome 2019-nCoV”. Yang akhirnya, untuk menghindari referensi
ke lokasi geografis tertentu, spesies hewan, atau sekelompok orang, dan
menghindari stigmatisasi, WHO memberi nama resmi “corona virus disease 19
(covid-19)”.
Virus corona ditemukan pertama kali pada tahun 1965, atau 55 tahun
yang lalu oleh virologi June Almeida. Kata corona sendiri berasal dari
bahasa latin “corona” dan bahasa Yunani “korone” yang mempunyai
arti dalam bahasa Indonesia yaitu mahkota atau lingkaran cahaya.
Sampai sini Kita sudah dapat poin pertama:
Penggunaan nama corona di kasus covid-19 ini tidak mengambil dari
bahasa arab. Apalagi tidak ada Co dalam bahasa arab. Paling dekat ya Ko
atau Qo. Namanya adalah corona, bukan korona atau qorona. Jadi tolong, mohon,
please, siapapun, tidak perlu sok tahu dengan mengatakan bahwa penamaan virus
ini mengambil dari bahasa arab yang berarti meneruskan. Tidak seorangpun
yang menginginkan virus ini terus mewabah!
Sudah mulai NGEGASS… hahahahaha
Lanjut ya.
Sudah ada yang membantah ternyata. Berilah nama yang baik, karena
nama adalah do’a.
Tak jawab! Lho, corona artinya bagus lho, mahkota, guys. Wkwkwkwkwk
Jangan mengartikan sesuatu sesuai
dengan kehendaknya. Kalau semua harus sesuai dengan cara berfikirmu ya bahaya. Nanti
tidak ada merek motor honda beat, karena beat artinya pukul, jadi saling pukul,
bahaya. Nanti tidak ada merek Suzuki smash, karena smash artinya tabrakan, beli
motor artinya tabrakan (ngeri lho). Nanti tidak ada merek mobil Toyota rush,
karena rush artinya menyerang, mau beli mobil apa perang?. Dan yang sedang trend,
kasihan yang punya mobil merek Toyota corona. Pasti dibenci sekali itu.
Poin yang kedua, tentang budaya
menyalahkan, sudah dibahas diatas sebetulnya, bahwa apa yang menjadi keinginan
kita, tidak boleh kita paksakan kepada orang lain. Kalau saya suka tempe, masa
iya saya akan menyalahkan kamu yang suka tahu? Kalau saya suka mobil Toyota corona
masa iya saya akan menyalahkan kamu yang suka honda jazz. Apalagi alasan tidak
berdasarmu yang menyebut lebih baik menggunakan qif-19, daripada menggunakan
covid-19. It doesn’t make sense, bro. come on!
Ayolah, do’a kita sama, harapan
kita sama. Mau covid-19 lah, mau qif-19 lah, terserah. Kita ingin wabah segera
berakhir.
Yang mau menggunakan covid-19
silakan dilanjutkan, yang memilih qif-19 silakan diteruskan.
Jangan ada lagi saling
menyalahkan diantara kita.
Sudah ya. Semoga Allah melindungi
kita, keluarga kita, suadara-saudara kita semua dari penyakit ini.
Mohon maaf.
Terima kasih.